Sabtu, 19 Maret 2016

Menulis Esai "Smartphone" Kebutuhan ataukah Keinginan?

“Smartphone” Kebutuhan ataukah keinginan?

Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia. Komunikasi juga merupakan disiplin ilmu yang mempelajari komunikasi secara ilmiah memiliki arti proses penyampaian pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima dengan menggunakan symbol atau lambing tertentu, baik secara langsung ataupun tidak langsung (menggunakan media) untuk mendapatkan umpan balik. Melalui komunikasi manusia dapat berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah, di tempat kerja, sekolah, atau dimanapun berada. Tanpa adanya komunikasi dengan baik mengakibatkan ketidak teraturan dalam melakukan kegiatan sehari-hari baik itu di rumah maupun dalam suatu organisasi, perusahaan dan dimanapun manusia berada. Dunia ini seakan tak lepas dari informasi, dan dunia ini sangat membutuhkan kehadiran teknologi untuk mengolah informasi tersebut. Sehingga pada akhirnya kita harus mengkonsumsi teknologi informasi juga komunikasi lebih jauh.

Dengan seiring zaman perkembangan komunikasi sangat pesat dan cepat sehingga teknologi saat ini menyediakan alat komunikasi yang memiliki peran sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Perkembangan alat telekomunikasi telah memberi kemudahan kepada manusia dalam memperoleh informasi, komunikasi, dan menunjang aktifitas manusia. Seperti halnya smartphone yang dapat digunakan komunikasi jarak jauh, baik dari sms, telfon, dan media sosial. Selain itu, karena smartphone memiliki berbagai fitur canggih seperti perekam suara, kamera, video chat, aplikasi media sosial dan lain-lain. Besarya minat masyarakat akan smartphone sangatlah besar, dan daya beli dari berbagai elemen masyarakat juga sangat tinggi. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh perubahan tingkat pendapatan, pola hidup, perilaku, dan cara berpikir serta budaya masyarakat yang semakin maju. Pertumbuhan pengguna smartphone yang besar ini mengakibatkan kecanduan yang semakin parah, sehingga mereka tidak dapat hidup tanpa perangkat ini dan seakan telah membudidaya di masyarakat Indonesia. Orang-orang kini terpaku dengan smartphone kapanpun dan dimanapun. Selain itu, yang sering terjadi di lingkungan sekitar, khususnya pada angkutan jasa, orang akan lebih menyukai mengutak-atik smartphone nya daripada bersosialisasi dengan orang lain disekitarnya.

Dalam kehidupan modern ini, seringkali batas antara kebutuhan dan keinginan menjadi faktor yang sulit dibedakan. Seringkali kita menganggap bahwa apa yang kita inginkan merupakan hal yang kita butuhkan. Misalnya seperti pembelian smartphone terbaru. Dalam keinginan membeli smartphone ini pasti didorong oleh faktor kelancaran dalam berkomunikasi. Selain itu, kita pasti didorong oleh rasa gengsi bila tidak memiliki smartphone yang canggih pada jaman sekarang. Berapa menit sekali kita mengecek gadget kita? Berapa waktu yang sering kita habiskan dengan menggunakan gadget? Lalu bagaimana seharusnya menempatkan smartphone? Sebagai Kebutuhan ataukah keinginan semata?

Padahal sebuah teknologi pada hakikatnya diciptakan untuk membuat hidup manusia menjadi semakin mudah dan nyaman. Perbedaan antara keinginan dan kebutuhan penting untuk dikenali agar kita tidak jatuh ke dalam hidup konsumtif dan suka membeli sesuatu tanpa rencana dan jangan sampai sebuah keinginan dapat menggeser kebutuhan yang lebih penting dan esensial. Dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan diperlukan skala prioritas atau rencana pemenuhan yang lebih dahulu terpenuhi. Pilihan-pilihan pemenuhan kebutuhan dan keinginan yang berdasarkan skala prioritas pasti akan berakibat dalam mengorbankan salah satu kebutuhan yang lain. Jadi, skala prioritas dalam pemenuhan sangat diperlukan dalam merencanakan biaya yang dikeluarkan, dengan membandingkan penilaian orang tersebut apakah barang tersebut hanya sebatas pada keinginan semata, atau benar-benar ia membutuhkannya.
Umumnya masyarakat menggunakan smartphone untuk berkomunikasi atau SMS saja, tetapi saat ini sudah meluas hingga penggunaan media social, mengakses internet, mengambil foto, hingga bermain games. Media sosial tersebut kemungkinan untuk memperluas jaringan pertemanan, mengunggah foto yang menarik, atau menceritakan hal-hal atau aktifitas yang sedang dilakukannya. Namun selain member manfaat bagi penggunanya, ternyata smartphone juga memberi dampak negatif seperti menimbulkan gaya hidup yang konsumtif. Bahkan tren mengganti smarthphone terbaru dan canggih sudah menjadi hal yang lazim terjadi di masyarakat.

Dunia semakin cepat berubah, perkembangan teknologi sudah demikian pesatnya memberikan dampak menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Manusia saling bertukar informasi melalui berkomunikasi kepada masing-masing individu yang dituju. Budaya berkomunikasi akan berpengaruh terhadap cara manusia melakukannya. Komunikasi itu sendiri dapat mengubah budaya dalam masyarakat. Dalam kemajuan teknologi ini juga mempengaruhi pola hidup manusia dalam mendapatkan informasi. Saat ini semua informasi yang ada dari belahan dunia manapun dapat dengan mudah tersebar ke seluruh penjuru dunia dengan adanya teknologi jaringan, era digital yang menggunakan sistem internet yang dapat membuat manusia dengan mudah dan cepat memperoleh informasi.

Pihak kesatu (M. Rizki) mengungkapkan. “saya sudah 5 tahun memiliki smartphone, ternyata nyaman dan memberi kemudahan digunakannya. Selain untuk keperluan komunikasi, dapat juga digunakan sebagai hiburan (bermain game), dan memiliki fitur-fitur yang menarik, juga memudahkan saya untuk mengakses informasi.”

Pihak kedua mengungkapkan “saya menggunakan smartphone karena kebutuhan dan didukung dengan sebuah keinginan. Selain untuk telekomunikasi dan mempermudah tugas kuliah, juga bisa dipakai dengan penggunaan media sosial untuk mempermudah suatu informasi. Dan apabila saya merasa bosan dan jenuh, saya bisa menggunakan smartphone untuk bermain game dan mendengarkan musik.”

Pihak Ketiga (Hany) mengungkapkan, “saya membeli smartphone karena suatu kebutuhan, juga karena kita hidup pada era globalisasi. Dengan adanya smartphone kita dapat mengakses apapun dengan mudah, bisa memberi kabar ke orang tua dengan mudah. Jika membeli smartphone dengan keinginan, maka tidak adanya rasa kepuasan terhadap diri sendiri, karena produsen selalu mengeluarkan produk baru setiap tahunnya. Untuk itu, kita harus bisa menggunakan smartphone sesuai kebutuhan. Manfaatkan smartphone, jangan sampai smartphone yang membodohi kita.”

Kebanyakan dari mereka menyebutkan bahwa smartphone sebagai jendela informasi dan pengetahuan, dan mayoritas mereka berkata bahwa lebih sering menggunakan smartphone untuk keperluan media sosial (Fb, Twitter, Facebook, Instagram, Path, Line, BBM, Whatsapp, dan lain-lain). Dan diantaranya mereka tidak bisa hidup tanpa gadget. Namun hal ini menimbulkan dampak buruk dalam interaksi interpersonal secara langsung juga dapat merusak psikologis seseorang tersebut, beriringnya waktu seseorang akan sulit menjalin komunikasi tatap muka dan membangun relasi dengan orang-orang disekitarnya. Apabila hal tersebut tidak segera dicegah akan menimbulkan dampak yang sangat buruk bagi kehidupan sosial kita, dimana manusia lama kelamaan akan sangat individualis dan tidak akan ada lagi interaksi ataupun sosialisasi yang dilakukan di dunia nyata, karena secara keinginan manusia lebih senang dengan sesuatu hal yang kreatif, menarik dan instan. Oleh karena itu, kita harus bijak dalam memanfaatkan perkembangan alat komunikasi yang berkembang saat ini. Ketika membutuhkan komunikasi jarak jauh sebisa mungkin untuk tidak terlalu mementingkan kerabat yang jaraknya jauh, kita harus sadar bahwa waktu dengan orang-orang sekitar kita lebih penting untuk selalu dapat menjalin komunikasi secara langsung. Dengan demikian kita dapat menghargai waktu yang ada untuk melakukan aktifitas bersama keluarga atau kerabat yang sedang dalam berada disekitar kita bahkan sebagai masyarakat Indonesia yang ramah terhadap orang lain sekalipun tetap menjadi budaya masyarakat Indonesia.

Sebetulnya, setiap orang memiliki standard kebutuhan dan keinginan yang berbeda-beda. Sebab, hal ini sangat tergantung pada kondisi lingkungan, tuntutan pekerjaan, dan faktor lainnya. Karena itu, penting untuk mengetahui barang-barang yang menjadi kebutuhan dan keinginan ketika ingin membeli barang dan jual beli lain. Jika smartphone yang digunakan sudah mulai rusak atau memang handphone biasa (bukan smartphone), maka sah-sah saja jika ingin menggantinya dengan smarthphone, karena ponsel pintar ini cenderung memiliki spesifikasi dan fasilitas yang lebih canggih, yang tentunya bisa memperlancar komunikasi dengan teman ataupun keluarga. Namun, jika sudah memiliki smartphone dan ingin menggantinya dengan harga yang lebih tinggi, maka kita perlu menanyakan kepada diri sendiri apakah benar-benar membutuhkan atau tidak untuk membeli smartphone terbaru. Jika hanya keinginan semata, maka kita bisa menunda untuk membeli smartphone terbaru dan mengalihkan budget yang telah kamu sediakan untuk keperluan yang lebih mendesak atau juga bisa ditabung agar lebih bermanfaat jika ada kebutuhan yang harus kita penuhi.

Pada akhir tahun lalu (2015) diperkirakan sekira 55 juta pengguna smartphone di Indonesia. Sedangkan total penetrasi pertumbuhannya mencapai 37,1 persen.  emarketer juga memproyeksikan bahwa pada 2016 hingga 2019 pengguna smartphone di Indonesia akan terus tumbuh. Angka pertumbuhannya pun fantastis. Pada 2016 akan ada 65,2 juta pengguna smartphone. Sedangkan di 2017 akan ada 74,9 juta pengguna.

Adapun temuan dari riset Indonesian Digital Association (IDA), yang didukung oleh Baidu Indonesia, dan dilaksanakan oleh lembaga riset global GfK yang menyatakan bahwa masyarakat perkotaan Indonesia menggemari konsumsi berita melalui telepon genggam (smartphone). Presentasenya mencapai 96 persen yang merupakan angka tertinggi dibandingkan media lain seperti televise 91 persen, surat kabar 31 persen, serta radio 15 persen dan lainnya.

Sementara itu, Bao Jianlei Country Director PT. Baidu Digital Indonesia, menambahkan, baidu sepenuhnya mendukung pengembangan ekosistem digital Indonesia. Pengadaan riset menjadi penting, karena industry digital perlu didukung data industri untuk bisa berkembang.

Pada saat ini orang tidak bisa dipisahkan dengan smartphone. Orang lebih suka mengirim teks daripada berbicara langsung dengan menelepon. Komunikasi lebih sering dilakukan secara online ketimbang offline. Fenomena yang lain adalah cepatnya setiap orang yang mengganti smartphone. Berkembangnya alat telekomunikasi, berbagai lapisan masyarakat Indonesia dapat dengan cepat mengikuti proses perubahan tanpa tahu dengan pasti apakah sudah sesuai dengan kebutuhan mereka atau hanya mengikuti tren sesaat. Selain faktor diri sendiri (perilaku atau kebiasaan) yang lebih mengikuti keinginan daripada memenuhi kebutuhan, juga godaan produsen pembuat alat telekomunikasi. Produsen memang sangat kreatif melakukan inovasi dan juga menawarkannya, sehingga begitu melihat atau mendengar iklannya langsung terasa bahwa smartphone kita sudah ketinggalan jaman. Produsen gadget itu memang begitu cerdas menarik minat pembeli. Mereka mempunyai strategi untuk menyadarkan kita bahwa selama satu bulan setelah kita membeli produk yang baru, terasa sudah ketinggalan jaman. Pada akhirnya, keinginanlah yang lebih menguasai kebutuhan. Emosilah yang lebih berkuasa atas akal sehat. Lama kelamaan kita hanya menjadi budak produsen alat alat teknologi. Inilah penjajahan baru yang dapat mencuri kebebasan kalau kita tidak segera sadar diri dan kembali kepada petuah lama, “Kebutuhan harus mendahului keinginan”.

Sumber :

http://www.menulisesai.com/2013/06/generasi-smartphone.html?=1, diakses pada tanggal 17 Maret 2016. 22.15




Tidak ada komentar:

Posting Komentar