“Smartphone” Kebutuhan ataukah keinginan?
Komunikasi merupakan
aktifitas dasar manusia. Komunikasi juga merupakan disiplin ilmu yang
mempelajari komunikasi secara ilmiah memiliki arti proses penyampaian pesan
atau informasi dari pengirim kepada penerima dengan menggunakan symbol atau lambing
tertentu, baik secara langsung ataupun tidak langsung (menggunakan media) untuk
mendapatkan umpan balik. Melalui komunikasi manusia dapat berhubungan satu sama
lain baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah, di tempat kerja, sekolah, atau
dimanapun berada. Tanpa adanya komunikasi dengan baik mengakibatkan ketidak
teraturan dalam melakukan kegiatan sehari-hari baik itu di rumah maupun dalam
suatu organisasi, perusahaan dan dimanapun manusia berada. Dunia ini seakan tak
lepas dari informasi, dan dunia ini sangat membutuhkan kehadiran teknologi
untuk mengolah informasi tersebut. Sehingga pada akhirnya kita harus
mengkonsumsi teknologi informasi juga komunikasi lebih jauh.
Dengan seiring zaman
perkembangan komunikasi sangat pesat dan cepat sehingga teknologi saat ini
menyediakan alat komunikasi yang memiliki peran sangat penting dalam kehidupan
bermasyarakat. Perkembangan alat telekomunikasi telah memberi kemudahan kepada
manusia dalam memperoleh informasi, komunikasi, dan menunjang aktifitas
manusia. Seperti halnya smartphone yang dapat digunakan komunikasi jarak jauh,
baik dari sms, telfon, dan media sosial. Selain itu, karena smartphone memiliki
berbagai fitur canggih seperti perekam suara, kamera, video chat, aplikasi
media sosial dan lain-lain. Besarya minat masyarakat akan smartphone sangatlah
besar, dan daya beli dari berbagai elemen masyarakat juga sangat tinggi. Perubahan
tersebut dipengaruhi oleh perubahan tingkat pendapatan, pola hidup, perilaku,
dan cara berpikir serta budaya masyarakat yang semakin maju. Pertumbuhan
pengguna smartphone yang besar ini mengakibatkan kecanduan yang semakin parah,
sehingga mereka tidak dapat hidup tanpa perangkat ini dan seakan telah
membudidaya di masyarakat Indonesia. Orang-orang kini terpaku dengan smartphone
kapanpun dan dimanapun. Selain itu, yang sering terjadi di lingkungan sekitar,
khususnya pada angkutan jasa, orang akan lebih menyukai mengutak-atik
smartphone nya daripada bersosialisasi dengan orang lain disekitarnya.
Dalam kehidupan
modern ini, seringkali batas antara kebutuhan dan keinginan menjadi faktor yang
sulit dibedakan. Seringkali kita menganggap bahwa apa yang kita inginkan
merupakan hal yang kita butuhkan. Misalnya seperti pembelian smartphone
terbaru. Dalam keinginan membeli smartphone ini pasti didorong oleh faktor
kelancaran dalam berkomunikasi. Selain itu, kita pasti didorong oleh rasa
gengsi bila tidak memiliki smartphone yang canggih pada jaman sekarang. Berapa
menit sekali kita mengecek gadget kita? Berapa waktu yang sering kita habiskan
dengan menggunakan gadget? Lalu bagaimana seharusnya menempatkan smartphone?
Sebagai Kebutuhan ataukah keinginan semata?
Padahal sebuah
teknologi pada hakikatnya diciptakan untuk membuat hidup manusia menjadi
semakin mudah dan nyaman. Perbedaan antara keinginan dan kebutuhan penting
untuk dikenali agar kita tidak jatuh ke dalam hidup konsumtif dan suka membeli
sesuatu tanpa rencana dan jangan sampai sebuah keinginan dapat menggeser
kebutuhan yang lebih penting dan esensial. Dalam pemenuhan kebutuhan dan
keinginan diperlukan skala prioritas atau rencana pemenuhan yang lebih dahulu
terpenuhi. Pilihan-pilihan pemenuhan kebutuhan dan keinginan yang berdasarkan
skala prioritas pasti akan berakibat dalam mengorbankan salah satu kebutuhan
yang lain. Jadi, skala prioritas dalam pemenuhan sangat diperlukan dalam merencanakan
biaya yang dikeluarkan, dengan membandingkan penilaian orang tersebut apakah
barang tersebut hanya sebatas pada keinginan semata, atau benar-benar ia
membutuhkannya.
Umumnya masyarakat menggunakan
smartphone untuk berkomunikasi atau SMS saja, tetapi saat ini sudah meluas hingga
penggunaan media social, mengakses internet, mengambil foto, hingga bermain
games. Media sosial tersebut kemungkinan untuk memperluas jaringan pertemanan,
mengunggah foto yang menarik, atau menceritakan hal-hal atau aktifitas yang
sedang dilakukannya. Namun selain member manfaat bagi penggunanya, ternyata
smartphone juga memberi dampak negatif seperti menimbulkan gaya hidup yang
konsumtif. Bahkan tren mengganti smarthphone terbaru dan canggih sudah menjadi
hal yang lazim terjadi di masyarakat.
Dunia semakin cepat
berubah, perkembangan teknologi sudah demikian pesatnya memberikan dampak
menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Manusia saling bertukar informasi
melalui berkomunikasi kepada masing-masing individu yang dituju. Budaya berkomunikasi
akan berpengaruh terhadap cara manusia melakukannya. Komunikasi itu sendiri
dapat mengubah budaya dalam masyarakat. Dalam kemajuan teknologi ini juga
mempengaruhi pola hidup manusia dalam mendapatkan informasi. Saat ini semua
informasi yang ada dari belahan dunia manapun dapat dengan mudah tersebar ke
seluruh penjuru dunia dengan adanya teknologi jaringan, era digital yang
menggunakan sistem internet yang dapat membuat manusia dengan mudah dan cepat
memperoleh informasi.
Pihak kesatu (M. Rizki) mengungkapkan. “saya sudah 5 tahun memiliki smartphone, ternyata
nyaman dan memberi kemudahan digunakannya. Selain untuk keperluan komunikasi,
dapat juga digunakan sebagai hiburan (bermain game), dan memiliki fitur-fitur
yang menarik, juga memudahkan saya untuk mengakses informasi.”
Pihak kedua mengungkapkan “saya menggunakan smartphone
karena kebutuhan dan didukung dengan sebuah keinginan. Selain untuk
telekomunikasi dan mempermudah tugas kuliah, juga bisa dipakai dengan
penggunaan media sosial untuk mempermudah suatu informasi. Dan apabila saya
merasa bosan dan jenuh, saya bisa menggunakan smartphone untuk bermain game dan
mendengarkan musik.”
Pihak Ketiga (Hany) mengungkapkan, “saya membeli smartphone karena suatu
kebutuhan, juga karena kita hidup pada era globalisasi. Dengan adanya
smartphone kita dapat mengakses apapun dengan mudah, bisa memberi kabar ke
orang tua dengan mudah. Jika membeli smartphone dengan keinginan, maka tidak
adanya rasa kepuasan terhadap diri sendiri, karena produsen selalu mengeluarkan
produk baru setiap tahunnya. Untuk itu, kita harus bisa menggunakan smartphone
sesuai kebutuhan. Manfaatkan smartphone, jangan sampai smartphone yang
membodohi kita.”
Kebanyakan dari
mereka menyebutkan bahwa smartphone sebagai jendela informasi dan pengetahuan,
dan mayoritas mereka berkata bahwa lebih sering menggunakan smartphone untuk
keperluan media sosial (Fb, Twitter, Facebook, Instagram, Path, Line, BBM,
Whatsapp, dan lain-lain). Dan diantaranya mereka tidak bisa hidup tanpa gadget.
Namun hal ini menimbulkan dampak buruk dalam interaksi interpersonal secara
langsung juga dapat merusak psikologis seseorang tersebut, beriringnya waktu
seseorang akan sulit menjalin komunikasi tatap muka dan membangun relasi dengan
orang-orang disekitarnya. Apabila hal tersebut tidak segera dicegah akan
menimbulkan dampak yang sangat buruk bagi kehidupan sosial kita, dimana manusia
lama kelamaan akan sangat individualis dan tidak akan ada lagi interaksi
ataupun sosialisasi yang dilakukan di dunia nyata, karena secara keinginan
manusia lebih senang dengan sesuatu hal yang kreatif, menarik dan instan. Oleh karena
itu, kita harus bijak dalam memanfaatkan perkembangan alat komunikasi yang
berkembang saat ini. Ketika membutuhkan komunikasi jarak jauh sebisa mungkin
untuk tidak terlalu mementingkan kerabat yang jaraknya jauh, kita harus sadar
bahwa waktu dengan orang-orang sekitar kita lebih penting untuk selalu dapat
menjalin komunikasi secara langsung. Dengan demikian kita dapat menghargai
waktu yang ada untuk melakukan aktifitas bersama keluarga atau kerabat yang
sedang dalam berada disekitar kita bahkan sebagai masyarakat Indonesia yang
ramah terhadap orang lain sekalipun tetap menjadi budaya masyarakat Indonesia.
Sebetulnya, setiap
orang memiliki standard kebutuhan dan keinginan yang berbeda-beda. Sebab, hal
ini sangat tergantung pada kondisi lingkungan, tuntutan pekerjaan, dan faktor
lainnya. Karena itu, penting untuk mengetahui barang-barang yang menjadi
kebutuhan dan keinginan ketika ingin membeli barang dan jual beli lain. Jika smartphone
yang digunakan sudah mulai rusak atau memang handphone biasa (bukan
smartphone), maka sah-sah saja jika ingin menggantinya dengan smarthphone,
karena ponsel pintar ini cenderung memiliki spesifikasi dan fasilitas yang
lebih canggih, yang tentunya bisa memperlancar komunikasi dengan teman ataupun
keluarga. Namun, jika sudah memiliki smartphone dan ingin menggantinya dengan
harga yang lebih tinggi, maka kita perlu menanyakan kepada diri sendiri apakah
benar-benar membutuhkan atau tidak untuk membeli smartphone terbaru. Jika hanya
keinginan semata, maka kita bisa menunda untuk membeli smartphone terbaru dan
mengalihkan budget yang telah kamu sediakan untuk keperluan yang lebih mendesak
atau juga bisa ditabung agar lebih bermanfaat jika ada kebutuhan yang harus
kita penuhi.
Pada akhir tahun lalu
(2015) diperkirakan sekira 55 juta pengguna smartphone di Indonesia. Sedangkan
total penetrasi pertumbuhannya mencapai 37,1 persen. emarketer juga memproyeksikan bahwa pada 2016
hingga 2019 pengguna smartphone di Indonesia akan terus tumbuh. Angka
pertumbuhannya pun fantastis. Pada 2016 akan ada 65,2 juta pengguna smartphone.
Sedangkan di 2017 akan ada 74,9 juta pengguna.
Adapun temuan dari
riset Indonesian Digital Association (IDA), yang didukung oleh Baidu Indonesia,
dan dilaksanakan oleh lembaga riset global GfK yang menyatakan bahwa masyarakat
perkotaan Indonesia menggemari konsumsi berita melalui telepon genggam
(smartphone). Presentasenya mencapai 96 persen yang merupakan angka tertinggi
dibandingkan media lain seperti televise 91 persen, surat kabar 31 persen,
serta radio 15 persen dan lainnya.
Sementara itu, Bao
Jianlei Country Director PT. Baidu Digital Indonesia, menambahkan, baidu
sepenuhnya mendukung pengembangan ekosistem digital Indonesia. Pengadaan riset
menjadi penting, karena industry digital perlu didukung data industri untuk
bisa berkembang.
Pada saat ini orang
tidak bisa dipisahkan dengan smartphone. Orang lebih suka mengirim teks
daripada berbicara langsung dengan menelepon. Komunikasi lebih sering dilakukan
secara online ketimbang offline. Fenomena yang lain adalah cepatnya setiap orang
yang mengganti smartphone. Berkembangnya alat telekomunikasi, berbagai lapisan
masyarakat Indonesia dapat dengan cepat mengikuti proses perubahan tanpa tahu
dengan pasti apakah sudah sesuai dengan kebutuhan mereka atau hanya mengikuti
tren sesaat. Selain faktor diri sendiri (perilaku atau kebiasaan) yang lebih
mengikuti keinginan daripada memenuhi kebutuhan, juga godaan produsen pembuat alat
telekomunikasi. Produsen memang sangat kreatif melakukan inovasi dan juga
menawarkannya, sehingga begitu melihat atau mendengar iklannya langsung terasa
bahwa smartphone kita sudah ketinggalan jaman. Produsen gadget itu memang
begitu cerdas menarik minat pembeli. Mereka mempunyai strategi untuk
menyadarkan kita bahwa selama satu bulan setelah kita membeli produk yang baru,
terasa sudah ketinggalan jaman. Pada akhirnya, keinginanlah yang lebih menguasai
kebutuhan. Emosilah yang lebih berkuasa atas akal sehat. Lama kelamaan kita
hanya menjadi budak produsen alat alat teknologi. Inilah penjajahan baru yang
dapat mencuri kebebasan kalau kita tidak segera sadar diri dan kembali kepada
petuah lama, “Kebutuhan harus mendahului
keinginan”.
Sumber :
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Dampak_smartphone_terhadap_kehidupan_manusia,
diakses pada tanggal 07 Maret 2016. 20.05
http://m.okezone.com/read/2016/03/16/207/1337776/96-persen-pengguna-smartphone-tertinggi-ada-di-indonesia,
diakses pada tanggal 07 Maret 2016. 20.15
http://m.liputan6.com/citizen6/read/797577/pengaruh-teknologi-ber-smartphone-terhadap-remaja,
diakses pada tanggal 07 Maret 2016. 20.20
http://m.kompasiana.com/alginting.blogspot.com/ketika-keinginan-mengalahkan-kebutuhan_55207202a33311074746cf3e,
diakses pada tanggal 17 Maret 2016. 16.45
http://www.menulisesai.com/2013/06/generasi-smartphone.html?=1,
diakses pada tanggal 17 Maret 2016. 22.15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar