Sabtu, 04 Juni 2016

Membuat Resensi "Mengubah Dunia Bareng-Bareng"

Judul                           : Mengubah Dunia Bareng-Bareng
Penulis                        : Ridwan Kamil
Tanggal Terbit             : Januari 2015
Penerbit                      : PT Mizan Pustaka
Tebal Halaman           : 192
Harga Buku                : 115.000

Indonesia butuh pemimpin yang mau berjuang untuk yang lain dan mau mengambil inisiatif untuk melakukan perubahan. Seperti halnya Mochamad Ridwan Kamil, yang akrab di sapa Kang Emil, lahir di Bandung, Jawa Barat, 4 Oktober 1971. Ridwan kamil adalah seorang walikota Bandung yang sudah  menjalankan tugasnya sekitar 2,5 tahun, dan ia merupakan pahlawan dan harapan bagi masyarakat, khususnya Bandung. Ia telah sukses melakukan banyak sekali gerakan inovatif sekaligus inspiratif.

Di sela-sela kesibukannya menjabat sebagai walikota bandung, akhirnya ia masih berperan dalam karya-karyanya dalam menulis. Ridwan kamil telah meluncurkan buku terbarunya yang berjatuk “Mengubah Dunia Bareng-Bareng” yang resmi dirilis pada tanggal 27 Januari 2015. Di dalam buku tersebut, ia menuangkan sejumlah ide dan gagasan cerdasnya tentang Indonesia yang lebih baik. Buku ini juga mebgajarkan tentang pentingnya hidup berkomunitas, artinya kita selalu membutuhkan oranglain untuk mewujudkan sebuah ide dan gagasan.

Dalam buku ini menyajikan 5 bab yang dinamai ruang. Setiap bab (ruang) menampilkan dimensi dan kedalaman pemahaman serta kemampuan beliau mengahadirkan solusi untuk setiap masalah. 5 bab tersebut yaitu : 1) Arsitek Kehidupan; 2) Arsitek Bangunan; 3) Arsitek Komunitas; 4) Arsitek Kota; 5) Arsitek Mimpi.

Bab pertama yang dimaksud di dalam buku popular ini adalah Ruang I yaitu Arsitek kehidupan, seperti Sub judul bab tersebut, Kang Emil yang tidak lain adalah walikota Bandung saat ini mencoba menceritakan bagaimana ia membangun kehidupannya, mulai dari bangku Sekolah Dasar yang dianggap ia menjadi waktu-waktu baginya berbuat nakal sekaligus menyenangkan, seperti naik angkot namun tdak membayar, menjahili teman-temannya sampai mengintip perempuan, meskipun nakal Kang Emil kecil adalah anak yang pintar, “pintar tetapi nakal” atau “harus lebih diawasi supaya tidak nakal”. Masih di bab yang sama, Emil juga bercerita bagaimana ia melewati berbagai ujian hidup sebelum akhirnya mendapatkan sebuah kebahagiaan dalam hidupnya. Pada tahun 1995 adalah hal yang paling berat, disaat ia menganggap tugas akhirnya di ITB jurusan Arsitektur, ia jugadihadapkan Ayahnya yang sakit dan dalam keadaan kritis, belum lagi kisah pilunya ditinggal kekasih.

Bab kedua adalah Arsitek Bangunan, menceritakan sumber-sumber darimana Kang Emil memperoleh ilmu Arsitektur, pandangannya terhadap kesalahan Arsitektur masa kini, salahsatunya sempitnya ruang sosial masyarakat, dan bagaimana seharusnya kota dibangun. Bab ini juga sekaligus menjadi sarana untuk memberikan masukan-masukan terhadap arsitek.

Bab ketiga adalah Komunitas, dimana Kang Emil ikut bergabung dengan berbagai komunitas yang dimana pada akhirnya ia mendapat sebuah jawaban kalau ingin membangun kota atau bangsa ini tidak bisa dilakukan sendirian. Maka yang menajdi jargonnya bahwa hidup adalah “Udunan” dan kolaborasi mengubah dunia bareng-bareng diceritakan dalam bab ini. Bab ini juga menceritakan karya-karya Kang Emil bersama komunitasnya memberikan berbagai solusi dari masalah –masalah yang ada seperti Indonesia Berkebun dan Gerakan Indonesia Bersepeda: bike.bdg.

Bab keempat adalah Arsitek Kota, dalam buku ini Kang Emil menceritakan pentingnya melakukan travelling. Ia telah berkeliling lebih dari 100 kota diluar Indonesia, disanalah kang emil mendapatkan berbagai inspirasi dan berbagi cerita seperti tren desain urban di Asia, menyelamatkan peradaban dengan desain, desain urban sebagai alat kolonialisme, sampai bercerita tentang pembangunan rumah susun di Indonesia.

Bab keempat adalah Arsitek Mimpi, terdiri dari sub bab Greedy and Green, Memimpikan Bandung Menjadi Kota Dunia, dan 10 Mimpi Masa Depan Bandung.

Kelebihan dan Kekurangan Buku “Mengubah Dunia Bareng-Bareng”
·       Kelebihan
Dalam buku ini, terdapat kata-kata yang membuat kita terinspirasi, salah satunya seperti dalam pandangan Ridwan Kamil “Sekarang bukanlah zaman mengubah dunia sendirian, tetapi zamannya mengubah dunia bareng-bareng. Sebab ide akan menjelma harapan ketika dieksekusi dengan kolaborasi”. Buku ini juga sangat menyenangkan karena banyak ilustrasi, foto dan tata letak yang menyamankan mata ketika membacanya.

·       Kekurangan
Halaman buku yang cukup tebal, dan terdapat bahasa yang tidak mudah dimengerti




Tidak ada komentar:

Posting Komentar